Pages

Senin, 28 Oktober 2013

Gema Kidung Musim Semi




Judul: Gema Kidung Musim Semi
Penulis: Baby Anis Karyawati
Penerbit: Pustaka Jingga
ISBN: 978-602-7880-64-1
Tebal: 122 hlm ;13x19 cm
Harga: 29.000 (belum ongkir)
Sinopsis:
Musim semi....... seperti namanya, identik dengan berseminya bunga-bunga setelah para tunas belia mengakhiri masa terkungkung dalam dingin dan kebekuan. Musim semi juga bisa diartikan sebagai masa yang baru dimana masyarakat menganggapnya sebagai masa untuk memulai kembali sebuah kehidupan. Musim semi juga identik dengan sebuah keberanian untuk mekar dan berkembang (baca: tampil dan berbicara menyuarakan isi hati) tanpa ada rasa takut. Ungkapan rasa itu bisa jadi hanya terjadi sekali seumur hidup, tetapi gemanya akan terasa bagi pelakunya hingga ajal menjemput. Bukan hanya itu, ungkapan rasa yang telah dilepaskan, tidak akan pernah kembali dengan sia-sia karena dia terus menggema menghampiri komunitas maupun orang-orang di sekitarnya. Sekali dalam seumur hidup...... iya, hanya sekali. Seperti filosofi “Jalan Teh” yang yang berbunyi ICHIGO ICHIE (No day are exactly the same) yang diperkenalkan oleh para pendeta Budha dalam upacara minum teh aliran Urasenke, yang menekankan tentang pentingnya menghormati dan memaknai masa “kekinian” supaya kita tidak tenggelam dalam masa lalu, pun tidak dihimpit keresahan saat memikirkan masa depan. Hidup dalam “kekinian” bukan berarti tak peduli dengan masa lalu dan masa depan. Menganggap penting hidup dalam “kekinian” akan mendorong kita untuk fokus terhadap apa yang sedang kita lakukan saat ini dan menghargai “detik ini” yang tak akan pernah kembali lagi. Penghargaan terhadap “kekinian” akan terus menggema saat kita sudah berjalan jauh ke depan nantinya. Dan kelak, hidup dan penghormatan kita terhadap “kekinian” akan menjadi kenangan manis dan bermakna untuk dikecap dan diwariskan. Mengapa hanya sekali seumur hidup? Ya...... Once in a lifetime (satu kali dalam hidup) akan menghampiri kita, entah itu sebuah kesempatan atau sebuah pertemuan. Dan itu adalah YANG TERAKHIR KALI. Sebab pertemuan atau kesempatan yang muncul di kemudian hari, tak akan pernah sama kondisi dan situasinya saat pertama kali dia menghampiri kita. Jadi, mari kita hidup dalam masa “kekinian” saat dia datang, bukan cuek atau sibuk sendiri dengan urusan kita. GEMA KIDUNG MUSIM SEMI merupakan antologi puisi berupa kumpulan rasa, pemikiran, asa, dan pandangan hidup yang ditulis pada masa musim semi (Maret – akhir Mei) sepanjang penulis tinggal di Tokyo, Jepang.

Pemesanan 0856 4545 9192
Format sms judul buku-jumlah buku-nama lengkap-alamat lengkap-no hp

0 komentar:

Posting Komentar